ilustrasi:Seorang anak buah kapal (ABK) melintas di depan deretan kapal Phinisi
yang bersandar di dermaga Pelabuhan Paotere, Makassar, Senin (18/4).
Pelabuhan Paotere masih dipakai sebagai pelabuhan perahu-perahu rakyat
seperti Phinisi, Lambo, kapal-kapal motor nelayan dan pedagang antar
pulau juga menjadi pusat niaga nelayan, dengan adanya fasilitas Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) yang dibangun pemerintah setempat. TEMPO/Subekti
TEMPO.CO, Magelang
- Arkeolog Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,
Daud Aris Tanudirjo, menyebut pelaut Kerajaan Sriwijaya di Palembang
menjelajah hingga mencapai Madagaskar di timur Benua Afrika sekitar abad
ke-6 atau ke-7. “Ini terjadi saat kerajaan Sriwijaya berjaya di Laut
Cina Selatan dan Samudera Hindia,” kata Daud dalam seminar membahas
Kemampuan Maritim Nusantara, Sabtu, 19 Oktober 2013. Ini merupakan
rangkaian acara Borudur Writers and Cultural Festival di Hotel Manohara,
Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, 17-20 Oktober 2013.
Menurut
Daud, bahasa Malagis di Madagaskar menjadi bukti dampak kolonialisasi
pelaut Austronesia. Ia mengatakan Austronesia merujuk pada peradaban
maritim wilayah nusantara atau mengacu pada wilayah geografis yang
penduduknya menuturkan bahasa Austronesia. Secara geografis ini berada
di belahan bumi mulai dari Taiwan dan Hawai di bagian utara hingga
Selandia Baru di selatan. Pada bagian barat Austronesia menjangkau
hingga Madagaskar. Sedangkan, di bagian timur meliputi hingga Pulau
Paskah di selatan Samudera Pasifik, masuk wilayah Chili.
Bahasa
Malagis mirip dengan Bahasa di sekitar Sungai Barito, Kalimantan
Selatan. Bukti lain adalah hasil penelitian arkeolog Kamerun di Benua
Afrika menemukan fitolit pisang atau unsur silika seperti kaca dalam
tanaman. Fitolit itu ditemukan sekitar 2.500 tahun lalu. Selain pisang,
padi juga mengandung fitolit.
Daud menyebut fitolit yang arkeolog
temukan di Kamerun memiliki banyak kemiripan dengan tanaman yang tumbuh
di nusantara. Ada juga persamaan bentuk alat musik, yakni kecapi dan
seruling. Bukti itu, kata Daud menggambarkan peran pelaut Austronesia
dalam penjelajahan Samudera Hindia sejak awal zaman logam atau akhir
masa Neolitik. Pelaut Austronesia melakukan perjalanan jarak jauh karena
perahu atau kapal mereka cukup tangguh mengarungi lautan.
Daud
mengatakan kolonialisasi Sriwijaya terhadap Madagaskar terjadi karena
banyak pendatang dari nusantara terutama yang kini sebagian besar
wilayah Indonesia, membangun pos penguasaan wilayah. Mereka jumlahnya
semakin berkembang dan membawa pengaruh peradaban terhadap Madagaskar.
Kolonilasi Sriwijaya terhadap Madagaskar bukan dalam pengertian
penjajahan seperti yang dilakukan Belanda ke Indonesia. Kolonialisasi
yang Daud maksud lebih merujuk pada kuatnya pengaruh orang-orang
Sriwijaya terhadap peradaban Madagaskar.
0 komentar:
Posting Komentar
jika menyalin artikel diharap ijin dulu sebagai rasa hormat sesama blogger dan jangan lupa kritik dan sarannya!!