ilustrasi:Seorang anak menikmati panorama Gunung Gede Pangrango yang terlihat dari
situs Megalitik Gunung Padang di kawasan Cianjur, Jawa Barat, Minggu
(10/3). Selain menyajikan ketenangan, lokasi situs Gunung Padang juga
menawarkan panorama pemandangan yang indah. TEMPO/Yosep Arkian
TEMPO.CO, Bandung
- Sekitar 100 orang peserta Geotrek dari Bandung menyambangi situs
megalitikum Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat. Sebagian tertarik ikut
karena belum pernah ke sana. Peserta lain ada yang penasaran soal isi
gunung yang lebih menyerupai bukit itu, terkait kontroversi para ahli
yang belum tuntas juga sampai hari ini. Beragam pertanyaan pun terlontar
ke penafsir (interpreter) acara jelajah bumi itu, Sutikno Bronto,
seorang geolog dari Badan Geologi Bandung, Sabtu, 26 Oktober 2013.
Menurut Sutikno, Gunung Padang merupakan sisa gunung api purba. Melihat
pegunungan sekelilingnya dari selatan ke timur, seperti Karuhun, Empet,
dan Karamat serta Pasir (bukit) Pogor yang membentuk semi melingkar,
diperkirakan itulah bekas dinding kawah gunung purba. Usia gunung api
purba itu berkisar 32 juta hingga 300 ribu tahun lalu. “Gunung Padang
muncul kemudian dari bekas letusan gunung api itu,” ujar Sutikno.
Gunung api purba itu dibuktikan dengan adanya sesar (patahan) Kancana
yang memotong sesar besar Cimandiri. “Gunung api terbentuk dari magma
yang keluar dari sobekan (sesar) kulit bumi,” ujarnya. Batuan Gunung
Padang pun khas material gunung api, yaitu basalt andesit, seperti
batu-batu balok bersegi empat dan lima yang bertebaran di teras situs
megalitikum, serta disusun menjadi fondasi situs. Batu balok sepanjang 1
meteran itu berasal dari Gunung Padang. “Bukan diangkut dari tempat
lain,” ujarnya.
Batu balok itu berasal dari magma yang membeku
lalu menyumbat leher gunung, atau kubah lava di sekitar kawah Gunung
Padang. Karena gempa vulkanik, dorongan magma berikutnya, faktor hujan
dan cuaca, gempa tektonik, hingga tersambar petir, terwujud batu-batu
balok lalu patah bertumbangan ke segala arah. “Batuan itu yang mengisi
Gunung Padang sekarang, sebagian batuan di permukaan atas kemudian
disusun menjadi situs megalitikum,” katanya. Ia yakin gunung itu
terbentuk secara alamiah.
Adapun anggota Tim Terpadu Riset
Mandiri Danny Hilman Natawidjaja yakin, gunung tersebut merupakan
monumen besar zaman batu hasil susunan tangan manusia. Riset dengan
survei arkeologi, geologi, pengeboran, dan geofisika bawah permukaan,
menunjukkan adanya 4 lapisan struktur bangunan di Gunung Padang dengan
perbedaan usia pembuatan. “Kelihatannya struktur bangunan besar yang
dibuat dengan teknologi tinggi. Struktur ini hasil karya sipil
arsitektur purba yang luar biasa hebat,” ujarnya.
Perbedaan
umur lapisan diketahui tim dari hasil analisa radiokarbon dating
tanah.Situs atau lapisan teratas dengan budaya batu menhir diperkirakan
berusia 2500-3000 tahun lalu. Sedangkan dari pasir lapisan terdalam
gunung yang diduga berongga, menunjukkan umur 6700 tahun sebelum Masehi.
Namun begitu, kata Danny, pengujian umur itu perlu dilanjutkan dengan
metode yang lebih lengkap. “Karena angka-angka ini memang seperti tidak
masuk akal, sebab tidak sesuai dengan pengetahuan sejarah dan
perkembangan peradaban manusia yang dipercaya umum pada saat ini,”
ujarnya.
Selagi menunggu hasil para ahli berpolemik ilmiah,
para pengunjung situs megalitikum Gunung Padang terus berdatangan. Ada
yang berfoto-foto, menggambar, dan sekedar menikmati alam. “Kontroversi
juga jadi daya tarik orang untuk datang,” kata Wahyudn, pengunjung dari
Bandung.
Home
» copyright
» ilmu pengetahuan sosial
» indonesia
» jkt48
» Kontroversi Isi Perut Gunung Padang
0 komentar:
Posting Komentar
jika menyalin artikel diharap ijin dulu sebagai rasa hormat sesama blogger dan jangan lupa kritik dan sarannya!!