Kamis, 26 Desember 2013

Kontroversi Isi Perut Gunung Padang



Kontroversi Isi Perut Gunung Padang
ilustrasi:Seorang anak menikmati panorama Gunung Gede Pangrango yang terlihat dari situs Megalitik Gunung Padang di kawasan Cianjur, Jawa Barat, Minggu (10/3). Selain menyajikan ketenangan, lokasi situs Gunung Padang juga menawarkan panorama pemandangan yang indah. TEMPO/Yosep Arkian


TEMPO.CO, Bandung - Sekitar 100 orang peserta Geotrek dari Bandung menyambangi situs megalitikum Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat. Sebagian tertarik ikut karena belum pernah ke sana. Peserta lain ada yang penasaran soal isi gunung yang lebih menyerupai bukit itu, terkait kontroversi para ahli yang belum tuntas juga sampai hari ini. Beragam pertanyaan pun terlontar ke penafsir (interpreter) acara jelajah bumi itu, Sutikno Bronto, seorang geolog dari Badan Geologi Bandung, Sabtu, 26 Oktober 2013.

Menurut Sutikno, Gunung Padang merupakan sisa gunung api purba. Melihat pegunungan sekelilingnya dari selatan ke timur, seperti Karuhun, Empet, dan Karamat serta Pasir (bukit) Pogor yang membentuk semi melingkar, diperkirakan itulah bekas dinding kawah gunung purba. Usia gunung api purba itu berkisar 32 juta hingga 300 ribu tahun lalu. “Gunung Padang muncul kemudian dari bekas letusan gunung api itu,” ujar Sutikno.

Gunung api purba itu dibuktikan dengan adanya sesar (patahan) Kancana yang memotong sesar besar Cimandiri. “Gunung api terbentuk dari magma yang keluar dari sobekan (sesar) kulit bumi,” ujarnya. Batuan Gunung Padang pun khas material gunung api, yaitu basalt andesit, seperti batu-batu balok bersegi empat dan lima yang bertebaran di teras situs megalitikum, serta disusun menjadi fondasi situs. Batu balok sepanjang 1 meteran itu berasal dari Gunung Padang. “Bukan diangkut dari tempat lain,” ujarnya.

Batu balok itu berasal dari magma yang membeku lalu menyumbat leher gunung, atau kubah lava di sekitar kawah Gunung Padang. Karena gempa vulkanik, dorongan magma berikutnya, faktor hujan dan cuaca, gempa tektonik, hingga tersambar petir, terwujud batu-batu balok lalu patah bertumbangan ke segala arah. “Batuan itu yang mengisi Gunung Padang sekarang, sebagian batuan di permukaan atas kemudian disusun menjadi situs megalitikum,” katanya. Ia yakin gunung itu terbentuk secara alamiah.

Adapun anggota Tim Terpadu Riset Mandiri Danny Hilman Natawidjaja yakin, gunung tersebut merupakan monumen besar zaman batu hasil susunan tangan manusia. Riset dengan survei arkeologi, geologi, pengeboran, dan geofisika bawah permukaan, menunjukkan adanya 4 lapisan struktur bangunan di Gunung Padang dengan perbedaan usia pembuatan. “Kelihatannya struktur bangunan besar yang dibuat dengan teknologi tinggi. Struktur ini hasil karya sipil arsitektur purba yang luar biasa hebat,” ujarnya.

Perbedaan umur lapisan diketahui tim dari hasil analisa radiokarbon dating tanah.Situs atau lapisan teratas dengan budaya batu menhir diperkirakan berusia 2500-3000 tahun lalu. Sedangkan dari pasir lapisan terdalam gunung yang diduga berongga, menunjukkan umur 6700 tahun sebelum Masehi. Namun begitu, kata Danny, pengujian umur itu perlu dilanjutkan dengan metode yang lebih lengkap. “Karena angka-angka ini memang seperti tidak masuk akal, sebab tidak sesuai dengan pengetahuan sejarah dan perkembangan peradaban manusia yang dipercaya umum pada saat ini,” ujarnya.

Selagi menunggu hasil para ahli berpolemik ilmiah, para pengunjung situs megalitikum Gunung Padang terus berdatangan. Ada yang berfoto-foto, menggambar, dan sekedar menikmati alam. “Kontroversi juga jadi daya tarik orang untuk datang,” kata Wahyudn, pengunjung dari Bandung.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

jika menyalin artikel diharap ijin dulu sebagai rasa hormat sesama blogger dan jangan lupa kritik dan sarannya!!