Pasukan bela diri Jepang (Foto: China Daily)
Dalam konstitusi Negara Sakura, militer Jepang disebut sebagai pasukan bela diri karena dilarang untuk memiliki kemampuan untuk dapat menyerang negara lain. Konstitusi tersebut merupakan hasil kekalahan Jepang dari Amerika Serikat pada masa Perang Dunia II.
Keinginan Abe itu pun menjadi bahan perdebatan di antara masyarakat Jepang. Sebagian warga mendukung perubahan konstitusi namun ada juga yang menolaknya.
Warga yang mendukung perubahan konstitusi menyebutkan ancaman militer dari China sebagai alasan utamanya. Saat ini Jepang memiliki sengketa dengan China atas Kepulauan Senkaku di wilayah Laut China Timur.
“Kita harus mengubah konstitusi agar anak cucu kita dapat terlindungi dari ancaman negara lain. Generasi mendatang Jepang akan menghadapi situasi yang lebih genting daripada yang terjadi sekarang,” ujar salah satu warga, Nobuyuki Shimane, seperti dikutip AFP, Jumat (1/2/2013).
Sedangkan kelompok yang menolak perubahan konstitusi menyatakan selama ini konstitusi Jepang tersebut telah berhasil mencegah Jepang untuk terlibat dalam perang. Kelompok itu memperingatkan penderitaan yang harus dihadapi oleh warga Jepang ketika terlibat dalam Perang Dunia II.
“Saya ingin konstitusi tidak diubah karena konstitusi tersebut terbukti berhasil mencegah perang,” ujar seorang pensiunan, Kazuo Shimamura. Shimamura adalah salah satu saksi hidup penderitaan warga Jepang selama Perang Dunia II, termasuk serangan bom atom yang dijatuhkan AS ke Kota Hiroshima dan Nagasaki.
Abe sendiri membutuhkan sekitar dua per tiga dukungan dari parlemen Jepang untuk dapat mengubah konstitusi. Perubahan konstitusi itu juga membutukan persetujuan dari warga melalui sebuah referendum.
Pengamat di Jepang menyebutkan perubahan konstitusi Jepang akan berdampak besar dalam perpolitikan di kawasan Asia. Banyak negara-negara Asia lainnya khawatir Jepang akan kembali berikap ekspansif seperti saat Perang dunia II lalu. “ Pada pemilu di Korea Selatan yang lalu, isu rencana perubahan konstitusi Jepang seringkali dibicarakan,” ujar akademisi dari Universitas Waseda, Tetsuro Kato.
0 komentar:
Posting Komentar
jika menyalin artikel diharap ijin dulu sebagai rasa hormat sesama blogger dan jangan lupa kritik dan sarannya!!