Sabtu, 24 November 2012

Wartawan Indonesia Dilarang Memotret Di Iran Karena Disangka Membela Amerika Serikat

Gara-gara mengambil foto di jalanan kota Teheran, Iran, dua orang wartawan Indonesia dikepung polisi Iran. Mereka kemudian meminta foto yang diambil itu dihapus.
Peristiwa itu terjadi, Jumat (31/8/2012) sekitar pukul 10.30 waktu setempat. Saat itu wartawan baru saja turun ke lobi bawah hotel Howeyzeh yang terletak di pusat kota Teheran. Para wartawan bersiap untuk kembali meliput kegiatan Wakil Presiden Boediono yang sedang menghadiri KTT gerakan Non-Blok di Teheran.
Saat itu kondisi lalu lintas Teheran masih sepi. Hal ini disebabkan hari Jumat adalah hari libur kerja untuk warga Iran.
Dua orang wartawan Indonesia kemudian meminta izin petugas hotel mengambil foto. Setelah diizinkan, mereka keluar hotel untuk berfoto.
Wartawan Metro TV Hanif Mustafad kemudian mengambil foto wartawan TVRI Thom Endiarto di trotoar yang ada di samping hotel. Lokasi pengambilan foto itu sebenarnya biasa saja. Hanya sebuah trotoar di persimpangan jalan di Teheran. Namun hal itu tetap membuat polisi di Iran marah.
Begitu selesai mengambil foto, dua orang polisi beseragam hijau-hijau langsung menghampiri Tom dan Hanif. Kemudian mereka meminta kamera yang mereka gunakan.
Polisi itu kemudian melapor ke petugas berpakaian preman yang ada di dalam hotel. Petugas keamanan berpakaian preman ini memang selalu ada di hotel. Mereka berkumpul di lobi hotel itu siang dan malam.
Begitu mendapatkan laporan ada yang menggambil foto mereka langsung keluar. Total ada 6 orang petugas berpakaian preman dan 4 orang polisi berseragam mengepung Tom dan Hanif.
“Kamu mengambil foto? Tunjukan mana fotonya?” Kata salah seorang petugas berpakaian preman.
Petugas ini berbadan tegap, berpenampilan rapi dengan kemeja lengan panjang, celana bahan dan juga sepatu hitam. Kebanyakan petugas berpakaian preman di Teheran memang sangat rapi, ada juga yang mengenakanan kemeja tanpa dasi dengan kaca mata hitam.
Ia kemudian memeriksa semua foto yang sudah ada di kamera tersebut. Kemudian meminta agar foto yang diambil keduanya dihapus dari kamera.
“Tadi foto yang mana yang diambil, hapus fotonya,” perintahnya.
Setelah insiden itu, petugas Iran langsung mendata ulang wartawan yang ikut rombongan Wapres Boediono. Semua wartawan diminta menyebutkan nama, jabatan dan juga media tempatnya bekerja. Padahal hal ini sudah berkali kali di lakukan saat rombongan di Iran. Selain itu paspor masing-masing wartawan juga dicatat petugas itu.
Untungya insiden itu tak berlangsung lama. Petugas kemanan itu membiarkan para wartawan pergi untuk bisa meliput kegiatan Wapres Boediono. Dalam perjalanan, salah seorang petugas dari Iran yang bertugas mengawal wartawan RI mengatakan sikap keras polisi itu disebabkan mereka tidak tahu kalau Indonesia adalah rekan Iran.
“Mereka mengira anda adalah wartawan yang membawa kepentingan Amerika yang membenci kita. Untuk itulah saya menjelaskan ke petugas kalau mereka salah,” katanya.
Petugas KBRI sudah mengigatkan agar para wartawan tidak sembarangan mengambil foto di jalanan Teheran. Hal ini disebabkan kamera bisa dirampas polisi Iran yang berjaga-jaga di jalanan.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

jika menyalin artikel diharap ijin dulu sebagai rasa hormat sesama blogger dan jangan lupa kritik dan sarannya!!